Powered By Blogger

Sabtu, 04 Maret 2023

Struktur Perkembangan Hewan 2

        Perkembangan Embrio Sapi

 

Dibuatnya blog ini untuk memenuhi tugas Struktur dan Perkembangan Hewan 2. 

Dosen Pengampuh Ibu Dr. Dharmawaty M Taher S.Pd., M.Si



        Bioteknologi embrio telah berkembang dalam produksi embrio in vitro sebagai salah satu teknologi reproduksi berbantuan (assisted reproductive technology, ART). Penggunaan teknologi reproduksi berbantuan pada hewan ternak, satwa langka, dan manusia telah berlangsung dalam waktu yang lama, seperti penggunaan teknik inseminasi buatan (IB), fertilisasi in vitro, dan teknologi intracytoplasmic sperm injection (ICSI). Aplikasi teknologi reproduksi berbantuan dapat digunakan untuk upaya peningkatan kualitas genetika ternak dan membantu mengatasi masalah yang berkaitan dengan keinginan untuk mempunyai keturunan.

Embrio terbentuk karena bertemunya oosit dan spermatozoa. Proses fertilisasi terdiri dari beberapa tahapan dimulai dari perjalanan spermatozoa yang akan membuahi oosit, penetrasi spermatozoa menembus zona pelusida oosit, fusi antara spermatozoa dan membrane plasma oosit serta terjadinya syngami. Singami adalah saat genom kedua gamet bergabung membentuk genom embrio (Gardner et al. 2007; Gunawan et al., 2014). (Gardner Proses aktivasi oosit oleh spermatozoa pada saat fertilisasi dijelaskan oleh Alberio et al. (2001) dengan ilustrasi sebagai berikut:


Gambar  Mekanisme aktivasi oosit oleh spermatozoa pada mekanisme fertilisasi (Alberio et al. 2001) : (Aini, 2016).

Tahapan perkembangan embrio juga memberi informasi penting dalam manipulasi embrio terutama untuk sexing dan Splitting embrio.

Gambar  Tahapan Perkembangan Embrio (Robertson dan Nelson 2009);(Puspita, 2014).

Perkembangan embrio terjadi mulai dari proses fertilisasi antara oosit dengan spermatozoa. Oosit yang diperoleh dari hasil ovulasi secara alami atau melalui maturasi secara in vitro adalah dalam kondisi matang (siap untuk dibuahi) yaitu pada kondisi metafase II (M- II). Perkembangan selanjutnya terjadi karena adanya aktivasi oleh spermatozoa atau proses aktivasi secara buatan. Aktivasi oosit oleh spermatozoa terjadi pada proses fertilisasi pada saat spermatozoa melakukan inisiasi terhadap fluktuasi Ca 2+ di dalam oosit sampai terbentuk pronukleus. Fluktuasi Ca 2+ selama fertilisasi terjadi beberapa jam sampai terbentuknya pronukleus kemudian berhenti dan terjadi lagi pada awal pembelahan mitosis embrio (Jones, 2007;Gunawan et al., 2014).


SISTEM REPRODUKSI SAPI

Teknologi reproduksi manipulasi embrio tentunya akan berhasil dengan pemanfaatan informasi yang berkaitan dengan system reproduksi dan tahapan perkembangan embrio. Karena pada system inilah proses dan hasil reproduksi dari ternak (sperma, oosit, embrio) akan berlangsung. Sistem reproduksi pada sapi mencakup keseluruhan sistem yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam menunjang sistem reproduksi

Organ Reproduksi

Gambar 1. Sistem reproduksi ternak betina

Organ reproduksi sapi betina terdiri dari uterus sampai vulva. Organ reproduksi ini memiliki peran masing-masing. Ovarium atau indung telur merupakan organ penghasil sel telur (oosit). Pada sapi oosit yang di buahi biasanya hanyalah satu oosit, sehingga sapi disebut sebagai ternak unipara. Secara sekilas organ reproduksi sapi dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan pada sapi jantan organ reproduksi yang memiliki fungsi yang relevan dengan ovarium adalah testis, dimana spermatozoa terbentuk. Organ reproduksi pada sapi menjadi salah satu penentu dalam proses pembentukan embrio. Dimana oosit yang dihasilkan oleh ovarium dan spermatozoa yang diproduksi pada testis akan menjadi awal terbentuknya embrio. Organ reproduksi yang terbebas dari penyakit kelamin akan membantu meningkatkan performa produksi sapi.


Hasil penelitian yang dilakukan Muhammad Gunawan ddk (2014) tentang perkembangan embrio pada sapi kombinasi intracytoplasmic sperm injection (ICSI) dan aktivasi dengan strontium untuk mengetahui perkembangan pronukleus dan perkembangan embrio sampai tahap blastosis. Kombinasi ICSI dan strontium 20 mM meningkatkan perkembangan pronukleus 2-PN mencapai 43,59%. Hasil perkembangan embrio pada perlakuan kombinasi ICSI dan strontium 20 mM mencapai tingkat perkembangan 2-4 sel (50,5%), 8-16 sel (43,73%), dan blastosis (15,63%). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah kombinasi ICSI dengan aktivasi strontium 20 mM mampu menghasilkan perkembangan in vitro embrio sapi yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA 

Muhammad Gunawan1 , Mokhamad Fahrudin2 , dan Arief Boediono2 1 Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor 2Bagian Embriologi, Departemen Anatomi, Histologi dan Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, 2 september 2014.






Struktur Perkembangan Hewan 2

          Perkembangan Embrio Sapi   Dibuatnya blog ini untuk memenuhi tugas Struktur dan Perkembangan Hewan 2.  Dosen Pengampuh Ibu Dr. Dha...